Kenapa Jadi Takut?

16 December 2022

Ketakutan adalah permasalahan manusiawi yang pasti akan dialami oleh semua manusia yang ada di dunia.

Selama manusia ada di dalam dunia, maka pasti akan mengalami masalah ketakutan ini.

Apapun tingkat golongannya, kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil, pastilah semuanya akan tetap merasakan yang namanya ketakutan.

Kita merasa takut ketika berhadapan dengan sesuatu yang mengerikan atau hal-hal yang menakutkan.

Ketakutan itu normal, tetapi terus tinggal dalam ketakutan itu yang tidak normal.

Hari-hari ini ada banyak peristiwa yang terjadi di dunia ini yang dapat membuat kita merasa takut.

Peristiwa bencana alam seperti tanah longsong, gempa bumi, kecelakaan pesawat dapat saja menjadi alasan untuk orang mengalami ketakutan.

Belum lagi kondisi ekonomi yang tidak menentu hari-hari ini.

Harga-harga yang terus melambung tinggi, bahkan kekerasan yang terjadi di sana-sini, membuat banyak orang merasa kehilangan kedamaian.

Mampukah kita merasakan makna Natal yang sesungguhnya? A

tau kah Natal hanya sekedar perayaan yang nanti nya berlalu begitu saja tanpa makna?

Mari kita memperhatikan makna Natal yang sejati yaitu bahwa Natal melepaskan kita dari ketakutan.

Mengapa Kita Menjadi Takut?

Ketakutan dapat terjadi kepada setiap orang.

Sekalipun mungkin orang tersebut memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan.

 

Memang ketakutan ada dua hal. Ada ketakutan yang positif dan memang harus kita kembangkan.

 

Tetapi ada juga ketakutan negatif yang seharusnya tidak perlu ada dalam kehidupan kita.

 

Ketakutan yang positif misalnya: takut kepada Allah kalau melakukan kebohongan, dll.

Ketakutan yang negatif misalnya; takut kepada setan, takut kepada kegagalan, dll.

Persoalannya ada anak-anak Tuhan yang mengalami ketakutan yang negatife.

 

Mengapa hal ini terjadi?


1. Kehilangan Pengharapan (Lukas 1:7,18)

Kehilangan pengharapan dapat terjadi kepada siapa saja, bahkan hal ini terjadi dalam kehidupan Zakharia dan Elisabet.

Ternyata tidak semua orang mengenal dan tahu siapa yang menjadi pengharapannya.

Pertanyaannya: Kita tahu kepada siapa kita berharap, akan tetapi apakah kita mengenal siapa yang menjadi sumber pengharapan kita.

 


2. Ketika melihat segala sesuatu sesuai dengan pikiran manusia (Lukas 1:34)

Allah menciptakan manusia beda dengan yang lainnya karena manusia memiliki otak dan pikiran. Namun seringkali dengan pikiran membuat kita mengecilkan kuasa Tuhan. Maria melihat kuasa Tuhan pikirannya (ayat 34). Memang secara manusia, hal tersebut nyata dan tidak mungkin terjadi (ayat 18). Pikiran kita sangat mempengaruhi kita untuk mempercayai kuasa Allah.

3. Kehilangan sukacita (Lukas 1:10,14)

Kehilangan sukacita menimbulkan ketakutan dalam hidup manusia. Zakharia dan Elisabeth kehilangan sukacita karena tidak memiliki keturunan. Sukacita dapat lenyap karena beban, pergumulan dalam kehidupan manusia. Apakah sukacita kita ditentukan dengan keadaan di luar diri kita? Atau siapa yang menjadi sumber sukacita kita?

Apa yang dilakukan Tuhan Yesus Kristus Juru Selamat kita?



1. Yesus Kristus memberikan pengharapan yang baru (Lukas 1:13)

Amsal 23:18, 24:14--- Yesus memberikan pengharapan yang baru dalam hidup kita. Pengharapan akan masa depan di dunia ini. Pengharapan akan penyelesaian segala persoalan kita, bahkan pengharapan "Hidup yang kekal" di dalam Yesus Kristus.



Agnes Monica menyanyikan sebuah lagu "Dimanakah Letak surga itu". Ada begitu banyak orang yang belum paham betul bahkan tidak ada jaminan tentang pengharapan saat penghakiman. Namun kelahiran Yesus Kristus menggenapkan pengharapan yang kekal dan abadi.

Jika pengharapan kita di surga, Dia menyatakan melalui Yesus, mengapa kita mesti takut menghadapi segala hal yang terjadi di dunia ini. Kalau yang kekal saja Dia berikan kenapa mesti takut untuk masalah-masalah yang tidak kekal?

 

2. Yesus Kristus memungkinkan segala sesuatu (Lukas 1:37)

Pikiran manusia sangat terbatas untuk mampu memahami kemahakuasaan Tuhan.

Namun seringkali justru manusia menggunakan pikirannya untuk melihat kuasa Tuhan dinyatakan.

Ketika kita mengukur kemahakuasaan Tuhan dengan pikiran kita, maka sama saja dengan kita mengecilkan kuasa Tuhan.

Bagi Allah segala sesuatu mungkin. Apa yang menyebabkan kita mengalami ketakutan?

Keadaan, pergumulan, bean hidup yang membuat kita meragukan kuasa Allah. Namun Allah sanggup melakukan semua dengan kuasa-Nya.

3. Yesus Kristus sumber segala sukacita kita (Lukas 2:10).

Yesus Kristus memberikan sukacita yang melampaui segala batas, karena Dialah sumber sukacita itu. Sukacita kita tidak ditentukan dengan apa yang ada di luar kita melainkan apa yang ada di dalam kita.


Hari ini apa yang menjadi ketakutan kita?

Allah melalui kelahiran Yesus Kristus melenyapkan segala ketakutan kita.

 

Ia memberikan pengharapan yang baru, memungkinkan segala jawaban doa yang menurut manusia tidak mungkin dan Ia memberikan sukacita penuh melebihi segalanya.

Jangan biarkan Natal hanya sebagai perayaan biasa, namun biarlah Natal melepaskan kita dari segala ketakutan.