Menjadi Orang Yang Dikenang Baik

17 September 2019

Dalam kuliah pertama, seorang dosen memanggil nama mahasiswanya satu per satu. Beberapa nama menarik perhatiannya. Berawal dari nama yang mirip, ia mengingat keluarga mahasiswa itu yang tidak lain adalah kawan lamanya. Untuk memastikan, ia bertanya, “Kamu bersaudara dengan si A?” Bukan hanya mengingat nama, dosen itu juga mengingat kebaikan-kebaikan kecil temannya selama mereka kuliah bersama. “Kenangan yang baik membuat hati kita hangat,” katanya. 

Menjadi seseorang yang diingat oleh orang lain karena kenangan yang baik ternyata sungguh indah. Tak terkecuali bagi jemaat di Filipi. Kepada jemaat itu, Rasul Paulus menulis surat singkat dari balik jeruji penjara. Secara khusus, ia mengingat kembali akan kebaikan-kebaikan Tuhan yang dialaminya melalui jemaat Filipi. Jemaat itu mempunyai kontribusi yang penting dalam pelayanan Paulus, baik melalui persekutuan mereka dengan Paulus maupun melalui dukungan finansial mereka. Paulus dan jemaat di Filipi saling mendukung. Mereka, tentu saja, juga bersyukur karena memiliki satu sama lain. 

Kita tentu rindu untuk meninggalkan kenangan yang baik bagi sesama kita. Tentu saja, bukan supaya mereka mengingat bahwa diri kita orang yang baik, melainkan supaya mereka dapat melihat kebaikan Tuhan. Melalui kebaikan-kebaikan kita, kiranya orang-orang di sekeliling kita bisa bersyukur dan melihat kasih Tuhan. Sebaliknya pula, kiranya kita senantiasa menyimpan kenangan tentang kebaikan hati sahabat-sahabat kita.

Natanael Benino /RH