Antara Taat dan Tidak Taat

05 July 2019

Seorang anak misionaris di Afrika sedang bermain di kebun. Tiba-tiba ayahnya menyuruhnya tiarap. Anak itu dengan cepat melakukan perintah ayahnya. Lalu si ayah menyuruhnya merangkak secepat mungkin. Anak itu kembali mematuhinya. “Sekarang berdiri dan berlarilah kemari!” Misionaris itu lalu memeluk anaknya dengan lega. Anaknya menengok ke belakang, tampak seekor ular besar menggantung di atas pohon. Jika ia tidak langsung mematuhi perintah ayahnya, kemungkinan besar ular itu akan membunuhnya. 

Tuhan memerintahkan Abraham untuk mengambil dan mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal, sebagai korban bakaran di Gunung Moria. Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, memanggil dua orang bujangnya dan Ishak, anaknya; lalu berangkat menuju tempat yang dikatakan Tuhan. Ia langsung melakukan perintah Tuhan, tanpa bernegosiasi, mengajukan pertanyaan atau keberatan atas perintah yang sangat sulit, berat, dan bahkan tidak masuk akal itu. 

Kita perlu belajar menaati perintah Tuhan tanpa menunda-nunda. Pemazmur menggambarkannya seperti mata para hamba laki-laki memandang tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang tangan nyonyanya. Mereka menanti aba-aba dari tangan tuan mereka dan siap untuk segera melakukan perintahnya. Demikianlah kiranya mata kita memandang kepada Tuhan, sampai Dia mengasihani kita. Perintah-Nya, meskipun seakan tidak masuk akal, pada akhirnya mendatangkan kebaikan bagi kita.

—Lim Ivenina Natasya / RH


KETAATAN MELAKUKAN PERINTAH TUHAN MERUPAKAN BERKAT BESAR.
KETIDAKTAATAN MELAKUKAN PERINTAH TUHAN MERUPAKAN BAHAYA BESAR.