Kaca Atau Baja?

13 March 2019

Ada pepatah “Palu menghancurkan kaca, tetapi palu membentuk baja.” Kaca memiliki sifat rentan, mudah retak, pecah, dan hancur bila terkena benturan. Sebaliknya, baja memiliki sifat kuat, kokoh, dan tidak mudah pecah. Jika jiwa kita rapuh seperti kaca, ketika masalah menghantam, kita akan mudah hancur. Sebaliknya jika kita bermental baja, kita akan tetap tangguh di tengah deraan masalah yang berat. 

Rasul Paulus contoh pribadi yang tangguh dan bermental baja. Dari mana ia mendapatkan watak itu? Hal itu dimulai dengan tidak mengandalkan kekuatannya pribadi, melainkan menyadari “bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami”. Kesadaran itu membuatnya tidak tawar hati. Dalam segala hal ia ditindas, namun tidak terjepit; ia habis akal, namun tidak putus asa; ia dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; ia dihempaskan, namun tidak binasa. Inilah rahasia mental bajanya. Rasul Paulus senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuhnya supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuhnya. 

Jika saat ini kita sedang mengalami masalah dan hantaman, jangan meresponsnya secara keliru. Jika kita mengandalkan kekuatan dan kemampuan pribadi, kita akan seperti kaca atau, meminjam istilah Paulus, bejana tanah liat. Kita akan mudah retak dan hancur. Namun, ketika kita meminta hikmat dan kekuatan dari Allah, kita akan mengalami kuasa-Nya. Dia sungguh-sungguh turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya.

DENGAN KEKUATAN TUHAN, 
KITA AKAN SANGGUP BERDIRI DI TENGAH BADAI

Lim Ivenina Natasya / RH