Antara Suka, Senang, dan Cinta Kasih

14 February 2019

Cinta kasih adalah kata yang romantis dan melankolis. Februari selalu identik dengan hari cinta kasih. Bersimbol hati dengan warna merah muda dan bunga warna-warni. Namun, apa sesungguhnya cinta kasih itu? Apa bedanya dengan “senang” atau “suka”? Beda sekali. Senang dan suka sangat tergantung pada situasi dan kondisi, baik hati kita atau keadaan sekitar kita. Bila hati dan sekitar kita baik-baik saja, maka kita suka dan senang. Tapi bila situasi kondisi berubah, runtuhlah sukacita dan rasa senang kita. Yang ada tinggal sumpek, sebel, jengkel, marah, putus asa. 

Simaklah apa kata firman Tuhan: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1 Korintus 13:4-7). Kita bisa meringkasnya menjadi satu kata agar mudah diingat dan dilakukan, yakni “komitmen” (Yohanes 15:13). 

Ya, kita akan dipenuhi cinta kasih bila kita berkomitmen untuk sabar, murah hati, memaafkan, percaya, membela yang benar, adil. Juga untuk tidak cemburu, memegahkan diri, sombong, tidak sopan, mementingkan diri sendiri, marah, mendendam. Hidup kita akan ringan, riang, bersemangat. Mungkinkah itu? Pasti. Kuncinya satu: bukalah hati dan pikiran untuk dijamah dan diperbarui Tuhan melalui sapaan Firman-Nya. 

KASIH SEJATI TIDAK BERGANTUNG PADA PERASAAN, SITUASI, 
ATAU KONDISI SEBAB KASIH YANG SEBENARNYA ADALAH KOMITMEN

 

Susanto/ RH