Mengubah yang Fana Menjadi Kekal

27 November 2018

Ada ajaran filsafat India kuno tentang waktu dan karma: "Burung hidup memakan semut, tapi ketika burung mati, semut memakannya. Segala sesuatu bisa berubah setiap saat. Dalam hidup ini janganlah merendahkan dan melukai orang lain. Hari ini mungkin kamu begitu perkasa, tetapi ingatlah bahwa waktu lebih perkasa darimu! Satu batang pohon dapat dijadikan jutaan batang korek api, tapi hanya dibutuhkan satu batang korek api untuk membakar dan menghanguskan jutaan pohon.”

Yakobus mengajarkan bahwa hidup ini fana, segala sesuatunya bisa berubah bagaikan uap. Hari ini kita ada, sehat, kaya raya, berkuasa, penuh rencana bisnis yang diharapkan berkembang luar biasa. Tapi, siapa yang bisa memastikan apa yang bakal terjadi dengan hidupnya esok hari? Tak salah mempunyai rencana hari depan, tak salah hidup penuh optimisme yang bergairah. Tapi, hidup ini begitu renta, hidup ini bukan milik kita. Kita perlu mengelolanya dengan mencari kehendak-Nya agar hidup yang fana ini penuh arti. Baik bagi diri sendiri, bagi keluarga, sesama, dan terlebih bagi Tuhan Sang Pemilik Hidup.

Hargailah hidup ini—satu kali kita hidup, sesudah itu mati. Jangan hanya mengejar yang fana. Hargailah keluarga, teman kerja, teman pelayanan, dan sesama, terlebih Yesus Tuhan, Sang Penebus Hidup. Setelah kita diselamatkan, utamakanlah Kerajaan Surga dan kebenaran-Nya. Hanya Dia yang sanggup mematahkan hukum karma. Mengantikan yang fana dengan hidup yang kekal.

DALAM KEHIDUPAN YANG FANA INI,
MARILAH MENGINVESTASIKAN HIDUP UNTUK KEKEKALAN

 

Susanto / RH