Bagaimana respon ketika kita mendengar khotbah ?

12 June 2018

Ada orang yang cenderung malas, menerima begitu saja khotbah dari mimbar tanpa pernah menyelidiki Kitab Suci secara pribadi. Sebaliknya, ada pula pemimpin gereja yang malah berusaha mematikan sikap kritis: “Sudah, percaya saja, dengar dan lakukan. Ketaatan yang tertunda itu sama saja dengan ketidaktaatan.” Keduanya sama-sama ekstrem dan tidak sehat.

Bagaimana sepatutnya kita merespons pemberitaan firman? Kasus di Berea merupakan sebuah contoh menarik. Pelayanan Paulus saat itu sudah lumayan termasyhur, dan orang Berea menyambut pelayanannya. Mereka menerima pemberitaan Paulus dengan segala kerelaan hati—tetapi apakah mereka menelannya begitu saja? Tidak! Mereka menyelidiki Kitab Suci untuk melihat apakah pengajaran Paulus selaras dengan ajaran kebenaran. Apakah Paulus jengkel, menganggap mereka lancang, dan mencela mereka? Justru sebaliknya! Mereka dipuji sebagai “lebih terbuka hatinya daripada orang-orang Yahudi di Tesalonika”!

Tuhan Yesus berjanji bahwa Roh Kudus menuntun kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13). Marilah kita mengandalkan pertolongan-Nya dalam memahami firman-Nya, baik ketika mendalami Kitab Suci secara pribadi maupun ketika menyimak khotbah atau pengajaran seseorang. Selanjutnya, mintalah Roh Kudus untuk memberikan hikmat untuk merespons firman tersebut dalam keseharian kita. Dengan demikian, kita akan sungguh-sungguh bertumbuh dalam kebenaran dan pengenalan akan Tuhan.

KITA TIDAK DAPAT MEMAHAMI KEBENARAN DENGAN “POKOKNYA PERCAYA”,
MELAINKAN DENGAN MENGANDALKAN PERTOLONGAN ROH KUDUS-NYA

(Arie Saptaji / RH)