Ingin Bahagia ?

28 May 2018

Sebagai pendeta, saya kerap bertanya kepada pasangan calon pengantin tentang tujuan mereka menikah. Kebanyakan mereka menjawab, “Kami ingin memiliki keluarga bahagia.” Ketika saya berada bersama kaum lansia, ada saja orang tua yang memuji temannya beruntung karena mempunyai anak-anak yang bahagia—anak-anak yang berhasil dalam studi, kaya, memiliki pekerjaan baik. Tak jarang ia kemudian mengeluh tentang dirinya sendiri. Ia merasa nasibnya tak sebaik temantemannya, apalagi anaknya tidak memberi cukup perhatian walau sudah hidup sukses. Ah, sebenarnya apakah kebahagiaan itu?

Sesungguhnya, kebahagiaan bukanlah tujuan yang harus dicapai, tetapi buah dari hubungan yang baik. Khususnya hubungan baik manusia dengan Tuhan dan sesamanya. Mazmur 1:2 secara jelas mengungkapkan rahasia ini. Orang yang kesukaannya Taurat Tuhan dan merenungkannya siang malam adalah orang yang berbahagia. Mengapa? Sebab, hidupnya seperti pohon yang tumbuh di tepi aliran air—yang tak pernah kering daunnya dan berbuah pada musimnya. Ia tak punya waktu untuk bergosip dengan para pencemooh, orang fasik, dan pendosa. Dan, dari hidupnya keluar buah-buah kebaikan serta kebenaran yang bermanfaat bagi orang lain. Siapa yang tidak mau dekat dengan orang seperti ini? Ya, pasti banyak orang rindu dekat dengan orang yang kaya akan berkat Tuhan dalam hidupnya dan memberkati orang-orang di sekitarnya.

Maka, peganglah kunci ini: bergaullah dekat dengan Tuhan melalui Firman-Nya, niscaya hidup Anda bahagia!

KEBAHAGIAAN BUKAN TUJUAN YANG BISA DIUSAHAKAN
TETAPI BUAH DARI HUBUNGAN YANG AKRAB DENGAN TUHAN

(Susanto/ RH)