Kehabisan doa ? Ini bahannya !

16 May 2018

Doa adalah napas hidup orang kristiani.” Saya setuju dengan pernyataan ini, tetapi sekaligus merasa bersalah karenanya. Bernapas mengacu pada aktivitas yang terus-menerus; dan tanpanya kita mati. Lantas bagaimana kehidupan doa saya?

Jangankan terus-menerus, tak jarang ada hari-hari yang saya lewatkan tanpa berdoa. Saya jenuh dan merasa “kehabisan bahan”. Tampaknya, ada yang salah dengan kehidupan doa saya. Atau, mungkin ada yang salah dengan konsep doa saya.

Surat Paulus kepada jemaat di Filipi menawarkan jawaban. Dalam pasal 4, Paulus memaparkan “persediaan sumber daya” Kristus yang memadai bagi pelayanan kita. Kristus menyediakan damai sejahtera sebagai penangkis kecenderungan kita untuk khawatir. Ketika membacanya, kata “segala hal” berkata-kata dengan kuat kepada saya. Segala keinginan—bahkan kekhawatiran—tidak lain adalah bahan doa. Dalam keadaan apa pun, kita dapat menyatakannya kepada Tuhan, tanpa harus berlari ke kamar doa dulu.

Bagaimana dengan keinginan yang egois? Ketika menyatakannya kepada Tuhan, kita merendahkan diri dan mempersilakan Dia memperbaiki dan mengarahkannya. Bagaimana dengan kekhawatiran? 

Ketika kita menyerahkannya, Dia akan mengambilnya dan memberi kita damai sejahtera sebagai gantinya. Wah, kalau seperti ini, saya tak bakal kehabisan bahan doa: tiap hari saya punya segudang keinginan—dan kekhawatiran!

Anda mungkin, mirip dengan saya, bergumul dalam kehidupan doa. Ungkapkan segala keinginan dan kekhawatiran Anda sebagai doa kepada Tuhan. Anda pun tak akan kehabisan bahan doa.

BERDOA IALAH MENCURAHKAN ISI HATI KEPADA BAPA DAN SOBAT TERBAIK
MUNGKINKAH KITA KEHABISAN BAHAN DOA?

 

(Arie Saptaji /RH)