Saya tidak tahu apakah ada anak-anak yang menyukai laba-laba. Apalagi kalau laba-laba itu ada di kamar tidur mereka. Suatu hari, ketika putri saya bersiap untuk tidur, ia melihat binatang itu di dekat tempat tidurnya.
“Ayaaaah!!!!! Laba-labaaaa!!!!!” teriaknya.
Meski telah bersusah-payah mencari, saya tidak dapat menemukan penyusup berkaki delapan itu.
“Laba-laba itu takkan menyakitimu,” saya coba meyakinkannya. Ia tidak percaya. Akhirnya, ia mau tidur setelah saya berjanji untuk berjaga-jaga dan menemaninya di samping tempat tidur.
Saat putri saya sudah tenang, saya pun memegang tangannya.
Saya berkata, “Ayah sangat sayang padamu. Sekarang Ayah menemanimu, tetapi tahukah kamu, Allah mengasihimu lebih daripada kasih ayah dan ibu. Dan Dia sangat dekat padamu. Kamu selalu bisa berdoa kepada-Nya saat kamu takut.”
Perkataan saya sepertinya berhasil menghibur putri saya, dan ia pun segera tidur pulas.
Sebesar apapun ketakutan kita, Tuhan beserta dengan kita.
Kitab Suci berulang kali meyakinkan kita bahwa Allah selalu dekat, tetapi terkadang kita sulit untuk mempercayainya.
Mungkin karena itulah Paulus mendoakan jemaat di Efesus agar mereka memiliki kekuatan dan keteguhan untuk memahami kebenaran tersebut (Efesus 3:16). Ia tahu bahwa ketika kita takut, kita bisa lupa bahwa Allah dekat dengan kita.
Namun, sama seperti saya menggenggam tangan putri saya dengan penuh kasih sambil ia tertidur malam itu, begitu juga Bapa Surgawi yang penuh kasih selalu dekat dan menyertai kita. Dia hanya sejauh doa.