27 December 2017
Musim liburan, banyak orang pergi ke tempat-tempat wisata. Tak ketinggalan, sudah menjadi ritual wajib bagi turis-turis 'zaman now' yakni melakukan selfie alias swafoto.
Fenomena selfie tersebut mendapat perhatian tersendiri dari praktisi kesehatan dari RS Cipto Mangunkusumo, dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH. Dalam pengamatannya di musim libur kali ini, selfie umumnya dilakukan dengan riang gembira.
"Secara psikologi, tersenyum dan tertawa bisa mengurangi tekanan jiwa yang terjadi," kata dr Ari.
Menurut dr Ari, selfie juga bisa meningkatkan kepercayaan diri. Mengambil foto diri secara mandiri dan membagikannya lewat media sosial sudah membudaya dalam masyarakat masa kini dan bisa dianggap sebagai upaya pengembangan psikososial.
Meski punya dampak positif secara mental, selfie jika dilakukan secara berlebihan bisa menghadirkan sisi negatif. Salah satunya makin banyak laporan kecelakaan yang berhubungan dengan pengambilan foto selfie.
Dalam tulisannya, dr Ari juga menyinggung istilah selfitis yang mencuat baru-baru ini dalam sebuah penelitian di Nottingham Trent University. Ini merupakan gangguan mental akibat terobsesi melakukan selfie sesering mungkin.
"Tetap kita harus menyikapi dengan bijaksana dan proporsional dalam melakukan selfie. Tetap harus fokus dan aktifitas selfie ini tidak mengganggu aktivitas rutin kita sehari-hari," pesan dr Ari untuk kamu-kamu yang doyan selfie.