SATURDAY FOR FAMILY : Waspada Konten TV Untuk Anak

07 October 2017

Pernahkah anda, lagi asyik nonton TV terus tahu-tahu si kecil yang usianya balita (di bawah lima tahun) ikut nimbrung menyaksikan tayangan di TV yang kebetulan menakutkan. Misalnya berita soal teror bom atau kerusuhan. Sebisa mungkin, situasi sperti itu kita hindari.

Karena psikolog anak di The Modern Parent, Martine Oglethorpe berkata, untuk anak balita, mereka belum mengerti konteks dari tayangan yang disajikan di TV. Untuk anak-anak usia seperti itu, apa yang mereka lihat adalah yang nyata terjadi saat itu.

Lalu, kapan sih anak sudah bisa memahami kalau tayangan menakutkan di TV bisa hanya rekaan dan kalaupun terjadi, itu merupakan peristiwa di luar sana? Kata Martinel, memang belum ada patokan pasti usia berapa anak bisa mengolah informasi yang ditayangkan di TV. 


Tapi, untuk anak usia sekolah, mereka biasanya sudah lebih paham. Walaupun, kita juga perlu mengajak mereka berdiskusi soal pandangan mereka terhadap tayangan tersebut. Psikolog anak dari Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima mengatakan anak bisa mengalami trauma meski 'hanya' melihat tayangan kekerasan di TV.

Ini disebut juga dengan secondary trauma. Yaitu seseorang seakan-akan merasakan kejadian yang sebenarnya hanya dilihat atau didengar saja. Jadi, ketika anak cuma tahu orang teriak, mendengar banyak bunyi-bunyian, itu bisa masuk level secondary trauma. Sehingga, trauma tidak harus dialami kalau kita jadi saksi mata di tempat kejadian atau mengalaminya sendiri.